Spiga

Band Caramel: Lagu Jauh Bukan Milik Kami

Ini adalah wawancara saya dengan Caramel band.
Band ini berasal dari kota Malang terdiri dari personal yang didalangin oleh:

Anang sebagai gitaris,
Arief, Ega dan Putri sebagai vokalis
Angga pada Bas,
Didin pada Drum dan yang terakhir adalah
Romie pada Keyboard.

Saya mendapatkan kesempatan langsung dari ketua pendiri group ini,
Anang. Mereka kini berada di Surabaya.
Lagu Jauh yang dinyanyikan oleh seorang wanita misterius.

Telah menjadi kontroversi dimana-mana,
bahkan nyaris menjadi lagu paling digandrungi oleh pendengarnya.
Lagu ini muncul di youtube dalam banyak versi.
Bahkan lagunya sendiri dicari-cari dan menjadi populer dari berbagai sharing file yang ada.
kemudian menjadi diskusi hangat diberbagai forum.
Saya membuat kisahnya dalam judul Kisah Lirik Terakhir.
Tidak pernah berpikir bahwa kisah yang saya buat berdasarkan inspirasi lagu tersebut merebak dan menjadi populer . Sayapun merasa tergoda untuk mencari tau kebenaran lagu ini.
Mungkin band Caramel dapat membantu untuk membuka kontroversi ini.

Kutipan wawancara full:

Davonar: Halo Mas Anang? Apa kabar dengan Caramel Band?

Anang : Baik.. ini Agnes Davonar yang nulis cerita Caramel ya?

Davonar: Iya neh mas, cerita yang saya bikin tentang Caramel menjadi kontroversi karena cerita itu menjadi simpang siur. Dari sumber sumber yang saya dapatkan, group andalah yang menjadi salah satu pencipta lagu tersebut. Egalah yang menjadi penyanyi
(Anang tertawa)

Anang: gitu ya.. sebenarnya terima kasih uda bikin cerita itu.

Davonar: Tapi saya sebagai penulis mendapatkan banyak sekali pertanyaan seputar kontroversi kematian sang vokalis yang dikatakan bunuh diri . . Saya sendiri membuat itu melalui berbagai pertimbangan dan jujurnya inspirasi saya sebagai penulis ketika melihat lirik tersebut membuat saya membayangkan kisah itu begitu sendu. Dan saya merasa patut mempertanggungjawabkan apa yang saya tulis kepada pembaca saya!! Bisakah anda membantu saya mengikis rasa penasaran saya sendiri terhadap siapa sosok Ega.

Anang: Hmm.. sebenarnya kami memang mempunyai personal bernama Ega. Namun jujur saja. kami pun lelah mendapatkan telepon yang hampir selalu berdering. Lagu Jauh yang menjadi kontroversi itu sesungguhnya bukanlah lagu dari band kami. Ntah dari mana rumor, tiba tiba lagu ini seolah olah menjadi bagian dari punya kami. Ega personal kami pun menjadi bingung..

Davonar : Lalu bagaimana bisa muncul istilah Ega sebagai penyanyi dan Jauh sebagai milik kelompok kalian?
Anang : Inilah akibat salah paham. Ketika kami konser banyak sekali penonton yang meminta kami untuk menyanyikan lagu tersebut. Tapi sejujurnya itu bukan lagu kami. Kami pun agak keberatan untuk menyanyikan lagu tersebut. Nah mungkin dari sana muncul gosip seperti itu!!
Davonar : Wow. Lalu sikap dari band kalian sendiri terhadap rumor ini?

Anang : Kami selalu menjawab apa yang sesungguhnya, bahkan dari wawancara radio. Kami sudah katakan bukan kami. Tapi sepertinya lagu tersebut sudah mendaging.. kami memang cukup terkenal karena lagu itu.


Davonar : Lalu kalian sendiri kenal tidak dengan penyanyi tersebut?

Anang : Hm, tadinya aku pikir kamu loh yang menyanyikan lagu itu. Soalnya cerita kamu paling populer diantara semua versi. Ternyata kamu juga bukan hehehe.

Davonar : Hehehe. Saya hanya menulis sebagai naluri. Kalau begitu yang anda tau tentang gadis penyanyi itu?

Anang : Kami mendapatkan informasi, jika penyanyi itu berasal dari Bali. Kalau tentang misteri di mana dia? Maaf , kami pun tidak tau.. kami malah berpikir kamu yang tau.. makanya kami sangat senang ketika anda muncul dan setidaknya kejelasan bisa terjawab!!

Davonar : Wow , tambah rumit ya. Saya bahkan sempat menghentikan novel itu hingga episode kedua , karena saya pikir anda bisa membantu saya dalam menelusuri kisah ini. Tapi saya senang, setidaknya saya tau sesuatu dari sini. Saya punya kesempatan untuk menulis lagi kisah ini sesuai versi saya hingga orang misterius itu datang dan memberikan penyataan

Anang : Terima kasih juga. Karena anda kami juga mendapatkan tempat di masyarakat. Tapi sekali lagi kami tegaskan bukan kami pemilik lagu itu. Kalau ada yang tau? Kami pun sangat ingin tau.
Davonar : Ok. Terima kasih. Senang berkenalan dengan Band Caramel. Terus sukses dan semoga albumnya segera keluar ya.

Dan saya pun tidak dapat menjawab langsung apa yang sebenarnya terjadi. Namun saya berpendapat lagu ini adalah milik semua masyarakat pencintanya. Siapapun pendengarnya. Saya yakin ia mencintai lagu ini, walau kontroversi merebak di masyarakat tentang lagu ini. Saya harapkan sekali lagi, masyarakat dapat berpikir positif. Di manapun Ega/Geby atau Angel sesuai karakter lagu itu, saya harap dia baik-baik saja di dunia manapun.

www.wikimu.com




Misteri di balik lagu “GeBy - Tinggal Kenangan”

Ditulis oleh NgêPØpz di/pada April 30, 2008


Mungkin agak telat bicarain nih cewek,tp rasa penasaran temen-temen membuat q ingin googling aja tuk cari siapa sebenarnya si gaby ini.Akhirnya gue nemuin beberapa versi cerita yg aq rangkum semuanya disini. Mohon koreksi jika ada yg salah.. heVersi PertamAAda yang bilang cewe ini bernama Ega. Ega adalah seorang vokalis Band Caramel, dia frustasi karena ditinggal Boyfriendnya, pacarnya meninggal dalam sebuah tawuran. Karena frustasi Ega mencoba bunuh diri, dia ditemukan oleh temanya dalam keadaan sekarat, dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat ajal mau menjelang Ega menyanyikan lagu ini dengan iringan gitar yang dimainkan sendiri, dan direkam oleh temannya. Setelah menyanyikan lagu ini Ega pun meninggal.
Cerita yang ini sedikit tidak masuk akal, karena di backsound lagu ini ada suara orang tepuk tangan, (orang lagi sekarat ko di beri applous), dan namanya orang sempat sekarat pastinya di tangannya ada jarum infus, dan mungkin diberi oksigen, jadi mana mungkin Ega bisa main gitar sendiri, dan juga suster-suster disana pasti melarang karena bisa mengganggu pasien lain.

Versi Kedua
Namanya Gaby, Dia anak SMU Blora di Madiun (katanya, tapi temen-temen aku bilang dia ank sidoarjo), dia juga anak Band khususnya vokal, sewaktu itu dia kelas 3 SMA mau menempuh ujian pastinya. Dia punya pacar anak pembalap, suka balapan motor. Nah, pada waktu masa-masa ujian itu mereka jarang komunikasi karena sibuk belajar. Tanpa diketahui Gaby, ternyata pacarnya meninggal gara-gara kecelakaan. Orang tua pacarnya maupun temen-temennya nggak mau kasih tau Gaby, takut mengganggu konsen belajarnya. Akhirnya setelah selesai ujian Gaby ke rumah pacarnya bermaksud buat ketemu, kan kangen tuh, n mau marah-marah juga cz knp setelah ujian pacarnya nggak kasih kabar. Truz pas di rumah pacarnya, Gaby kaget kok rame-rame, banyak orang baca yasin. Ibu pacarnya akhirnya kasih tau ke Gaby kalo pacarnya uda nggak ada, meninggaL! Gaby shock banget pastinya, dia stress berat! Temen dan keluarganya kasih support dia untuk bangkit. Sampai akhirnya dia berhasil menciptakan lagu itu, lagu tentang perasaan dia. Niatnya Lagu itu akan dipentaskan pas perpisahan sekolah. Tapi sayangnya .. Gaby memilih ketemu sama pacarnya, dia dikabarkan gantung diri! Itu terjadi di Tahun 2007 kemaren. Nah .. setelah itu menyebarlah Lagu-lagunya .. Dan banyak yang bilang setelah ngedengerin lagu itu banyak yg didatangi cewek cantik alias Hantunya Gaby. Katanya juga banyak kejadian-kejadian gitu sekitar bulan desember yaitu pas bulan kelahiran Gaby.

Versi Ketiga
dy tu aslinya anAk bali. dy bkin lirik tu sndri. karena dy ditinggal olh kekasihnya yg meniggal dlu. pertama ceritanya, geby tu mahasiswa universitas di jogja. kejadian itu terjadi di bali kmpung halmannya. kejadian ini berlangsung tanggal 11 januari 2008 pada malam hari, waktu itu geby ma teman ne naik mobil kijang panter dy lg m jalan2 gtu dech
ternyata waktu perjalanan dy melihat sang kekasih lagi sama cewek lain lalu dy manggil kekasihnya tu, sehabis melihat kekasihnya lagi selingkuh dy ngebut pulang kerumah tmen td tanpa disdri pacar geby td ngikutin geby tp dy kehilangan dy terus dy cari sesampai dijalan yang spi dy ngebut karena dy liat mobil geby ternyata disana ada simpang jalan dsitu pacar geby mninggal kecelakaan. 2 hari kmudian geby diberitahu bahwa pacarnya telah meninggal karena kecelakaan. setelah mendengar kabar itu geby g prnah keluar dari kamar dy ngurung dri dsna. sambil nangis dy bikin lagu yang kni telah menyebar. stelah itu malam harinya dy dibujuk untuk keluar kmar olh temannya ternyata dy mw, dy diajak ke sebuah cafe dibali. distu dy cbo untuk nyanyi kan lgu buatannya td. tpi sebelum nyanyi dy minum obat yang punya dosis tinggi, dy minum semua obat tadi tanpa sepengetahuan temannya. setelah minum cy nik keta panggung. lalu dya nyanyi waktu dy tengah2 tangan geby bercucuran keringat. kan dilgunya terdengar suara senar gitar putus itu geby mulai merasa sakit didada setelah suara senar tdi lagunya selesai hanya sampai di pernah ada. lalu lagunya habis sebetulnya lagunya itu masih panjang. dan disitu terdengar suara teriakan seorng cewek itu temen geby. yang tw bahwa dya minum obat dosis tinggi. stelah itu geby jatuh dari bangku yg didudukinnya lalu dy sekarat dalam keadaan memegang gitar, dy dilarikan kerumah skit ternyta dy meninggal di jlan. jadi dy g jd dibawah kerumah sakitVersi Keempat
Lagu ini dibuat oleh seorang vokalis dari band Caramel (Stikom Bali) yang bernama EGA. Dia ditinggalkan oleh pacarnya dan dia tidak kuat menahannya sehingga putus asa dan menyanyikan lagu ini di depan teman-temannya sebelum dia bunuh diri ke esokan harinya. Di lagu versi ini ternyata terdapat pesan khusus.. Yaitu dua kalimat :Hayati dan Renungkan. Mungkin anda akan tersentuh dan terharu setelah mendengarkan lagu ini.

G D Em Bm
Pernah ada rasa cinta
C G Am D
Antara kita kini tinggal kenangan
G D
Ingin kulupakan
Em Bm
Semua tentang dirimu
C G Am D G
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh bintangku

Reff :
G d Em Bm
Jauh kau pergi meninggalkan diriku
C G Am D
Disini aku merindukan dirimu
G D Em Bm
Kini ku coba mencari penggantimu
C G Am D G
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh kekasih

Secret Words :ku ingin memiliki nafasmu jikalau aku mati
Bisakah Aku memiliki nafasmu jikalau aku mati

Info tambahan…
Setelah beberapa lama tulisan ini di terbitkan, ternyata banyak juga para pembaca yang posting comment..Saia liat liat, eh ternyata ada salah satu orang yang posting comment dan ngaku temen sekelas Geby.. bener nggak nih?? Saia sih nggak tau yah… dia posting mengenai cerita Geby yang sebenernya.. begini postingannya

haiii….semuanya…,mw tau cerita sebenarnya tentang Geby gak…??? begini ceritanya…..
Geby tuh berasal dari madiun,dari kota ponorogo,skul kelas 3 sma di sma 1 ponorogo. Pada bulan juni 2007 skul sma 1 ponorogo mw ngadain PENSI,setiap kelas wajib nyumbang acara.Geby di kelas 3 ips terpilih menjadi perwakilan kelas,karena geby suka nyanyi n suaranya juga bagus,trus geby setuju buat nyanyi di acara PENSI nanti.Karena bingung mw nyanyi apa,geby minta pertimbangan cwonya buat milihin lagu,ternyata ma si cwo geby malah dibuatin lagu,judulnya waktu itu “Kenangan Indah”.Setelah disuruh coba nyanyi ma cwonya,geby setuju buat nyanyiin lagu itu di acara PENSI.Pada hari sabtu di bulan juni,tanggal apa aq lupa,sepulang skul geby ma temen2 refreshing ke Magetan,ke telaga sarangan,Geby berencana nginap di telaga sarangan.Keesokan harinya,hari minggu pagi Geby kangen ma cwonya,dia nyuruh cwonya nyusul geby ke telaga sarangan di magetan,lalu si cwo mw n langsung nyamperin geby di telaga sarangan.Dari Ponorogo-Magetan si cwo mengendarai sepeda motor.Pada siang hari sekitar jam 13.00 si cwo dah sampe ke magetan,langsung ke penginapan menemui si Geby.Setelah puas bertemu,si cwo memutuskan pulang,sekitar jam 17.30 si cwo pulang.Sampe di daerah Maospati kota Madiun tanpa sengaja si cwo mengalami kecelakaan hebat,si cwo menabrak truck.Karena mengalami luka parah akhirnya nyawa si cwo pun tidak tertolong,si cwo meninggal di tempat kejadian.Jasad si cwo langsung di bawa pulang ke rumah,pada hari senin jasadnya baru dikebumikan.Geby tidak tau kejadian yang menimpa cwonya,teman2 n keluarga si cwo gak tega memberitahu geby.Pada hari senin,acara PENSI mulai di gelar,tanpa sengaja pihak sekolah mengumumkan turut berduka cita atas meningalnya cwonya geby,geby gak percaya dengan apa yang dia dengar,lalu geby meminta penjelasan kepada kepala sekolah.Kepala sekolah menjelaskan semuanya dan geby Syok berat,geby sempat pingsan beberapa lama.Demi menghormati nyawa si cwo,akhirnya pihak sekolahan mengundurkan sehari acara PENSI.Si geby sudah tidak karuan,sedih,marah pada diri sendiri,kalut….,akhirnya tanpa sengaja geby mengubah judul dan sedikit lirik lagu yang sudah dibuatkan si cwo menjadi “tinggal Kenangan”.Keesokan hari,pada hari selasa si geby menyanyikan lagu tersebut,suara geby emang bagus dan mendapat tepuk tangan dari semua anak yang menyaksikan acara tersebut.Waktu geby nyanyi lagu tersebut,teman geby merekam suara geby lewat media Handphone.Setelah menyanyi,geby langsung menghilang,di cari temen2 gak ketemu…..,tanpa sengaja tukang kebon berteriak-teriak ketakutan,tukang kebon melihat ada anak tergantung di Gudang skul,lalu tanpa dikomandani semua anak,para guru2 langsung menuju ke gudang skul…..,dan ternyata….,Geby telah bunuh diri….dengan cara yang mengenaskan….GANTUNG DIRI…,didalam saku celana ditemukan secarik kertas bertuliskan…”maaf buat keluarga,temen2 dan semuanya…,memang ini jalan yang sudah aku pilih…,aq sudah gak kuat dengan semuanya….”Demi menghormati geby temen2 nya menyebarkan lagu geby lewat media Hp….,sampe lagunya terdengar di mana-mana di penjuru indonesia……
Pasti kalian semua ngirain aq bohong ya…,gak,aq gak bohong aq tau semua tentang geby karena aq temen sekelas dia,aq ikut berlibur bersama dia ke telaga sarangan di magetan,aq tau waktu dia ketemu ma cwonya,aq juga kenal ma cwonya…..Jika kalian semua gak percaya terserah….,ini pengalaman yang gak pernah bisa aq lupakan…..
Begitu postinggannya…

tulisan itu di kirim oleh Neya
Anda bisa Download Lagunya di sini
Untuk download versi new





7 Hari Tersesat di Gunung Merapi Sumbar

Artikel ini ditulis oleh Muhammed Andre Raberta, seorang mahasiswa-aktivis di Kota Padang, Sumatera Barat. Dia mengidolakan habis-habisan Che Guevara. Dia telah nakal sejak lama; waktu kelas 1 SMP dia memukul gurunya karena baginya sang guru adalah penjilat.
Ia pernah bekerja sebagai wartawan di koran lokal di Padang, tapi kemudian mengundurkan diri karena dia merasa dijadikan budak oleh pemilik media. Lalu dia sempat menulis secara freelance di koran-koran lokal. Kini, sembari menyelesaikan studinya di Universitas Andalas, Andre mencari uang dengan bekerja menjaga warnet pada malam hari, sementara waktu luangnya yang lain dipakai untuk beternak kambing. “Abang datanglah ke Padang, biar kita sembelih kambingku itu,” katanya saat kami mengobrol lewat chat.


Artikel berikut adalah kisah nyata yang dia alami sendiri saat masih SMA, dan sempat menjadi headline koran-koran terbitan Padang berhari-hari. Sebenarnya dia sudah menjanjikan artikel ini padaku sejak beberapa bulan silam, tapi baru sempat sekarang. Dia menuliskannya tengah malam, sembari menjaga warnet, dan dikirimkannya ke emailku.

PADA TAHUN 2001, di waktu itulah ada 7 hari dalam perjalanan hidupku, yang membuat aku harus berhadapan dengan maut, meski ada sedikit hal yang terlupa dari rentetan kronologis waktu tersesat tersebut itu karena mauku yang ingin mengubur kenangan pahit itu, tapi akan kuupayakan untuk mengingat keras, sekaligus akan disempurnakan dalam bentuk buku dengan mengambil “cerita” dari kawan-kawan ku yang ikut dalam pendakian tersebut dan tentu saja sahabatku yang menemaniku selama 7 hari hingga keluar dari cengkeraman maut Gunung Merapi dan inilah versiku:
Namaku Andre, ayahku bekerja di sebuah perusahaan BUMN, beliau termasuk orang yang keras dalam mendidik anak terutama anak lelaki, namun demikian dia sangat demokratis, menurutku.
Sayangnya ketika kelas 1 SMP aku mengecewakannya karena aku terpaksa di-DO dari sekolahku karena aku adu jotos dengan salah seorang guruku, yang menurutku tipe penjilat sejati. Dari kenakalanku inilah aku harus menerima konsekwensi pindah ke padang, agar bisa naik ke kelas 2 alias tidak mengulang.
Di padang aku selesaikan masa SMP ku dengan lancar hingga kelas 2 SMU. Aku dan noviandi yang seterusnya kupanggil nopeng membuat geger satu sekolah dan jadi pemberitaan di beberapa media massa karena sepupu papaku ketua PWI, di mana kami tersesat selama 7 hari di gunung merapi Sumatera Barat.
Awal aku mulai mencintai dunia mendaki dan bergiat di alam bebas dimulai sejak kelas 1 SMA dan aku telah mendaki gunung Singgalang 2 kali, dan kegilaanku dengan hobi ini makin menjadi sejak aku bergabung dengan salah satu ekstra kurikuler Siswa Pencinta Alam (SISPALA), hobi yang ditentang Tanteku dan keluarganya, setiap kali aku minta izin untuk mendaki gunung aku tidak pernah dapat izin, dan aku tetap mendaki karena aku cinta Alam rimba, mencium bau tanah hutan, sejuknya rimba, gemericik air, sambil minum kopi susu di puncak gunung, nikmatnya.
3 hari sebelum kejadian tersebut aku dengan 4 orang kawanku, Nopeng, Uncu, Firman, dan iwan yang juga tergabung dalam Sispala di sekolahku, berencana akan mendaki gunung merapi, gunung yang memilki ketinggian 2891 Mdpl(meter dari permukaan laut), gunung merapi ini adalah gunung kedua yang sangat ingin kudaki setelah 2 kali berhasil mendaki gunung singgalang, yang rutenya lebih berat dibandingkan gunung merapi.
Segala persiapan untuk mendakipun mulai dikumpulkan, hingga tibalah harinya, kami berangkat dari padang ketika matahari mulai terbenam, dengan naik bus menuju koto baru yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan, rute normal untuk mendaki gunung merapi. Setelah tiba di koto baru, udara dingin mulai menusuk tulang, kami makan dulu untuk mengumpulkan energi, dilanjutkan dengani shalat Isya di masjid Koto baru.
Sesudah shalat kami mulai melakukan pendakian. Baru 15 menit perjalanan, salah satu kawanku menanyakan kaca mata yang kukenakan, dan aku sadar kalau kaca mata itu telah tertinggal di masjid tempat kami shalat tadi, dan salah satu dari kami pergi mencek ke mesjid tersebut,dan anehnya sudah tidak ada lagi..?
Dan perjalananpun dilanjutkan, kami juga mendaftarkan nama dipos pasanggrahan, tempat memulai pendakian gunung tersebut sekaligus membayar retribusi kepada penjaga pos, perjalananpun dilanjutkan. Sebenarnya sudah banyak hal aneh yang terjadi dalam perjalanan tersebut.
Ketika aku berada di barisan paling belakang, seperti ada suara-suara yang ribut di belakangku, dan setiap aku menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa dan hal tersebut juga dirasakan kawanku Firman, dan dia langsung menemaniku berjalanan beriringan di posisi belakang dan ketika menmpuh jalan sempit dia yang mengantikan posisiku di belakang, kawanku ini punya kelebihan seperti indra keenam, tapi dia tidak membahasnya dalam perjalanan tersebut.
Matahari pagi mulai bersinar kami sudah sampai di batas vegeatasi atau cadas, puncak merapi pun telah kelihatan, iwan dan aku yang pertama kali sampai di cadas tersebut, disusul nopeng, firman dan uncu, yang selama perjalanan aku terus perang mulut dengannya. Kami beristirahat, masak dan mengisi energi, aku sendiri saat itu merasa tidak bisa mengontrol emosiku, aku lupa penyebabnya, hingga aku membuang salah satu periuk yang kami gunakan untuk memasak.
Kemudian membawa tas sandang yang agak kosong, karena perlengkapan logistic kami, sudah di keluarkan semuanya, aku membawa beberapa batang rokok. Kubilang pada keempat kawanku kalau aku mau ke puncak, aku mulai menapaki jalan yang lebih kurang setengah jam menuju puncak merapi, kemudian terdengar nopeng memanggilku “ ndre aku ikutlah, taik lah kau pergi sendiri-sendiri aja”
aku jawab ”huss, mulut peng, di gunung ini, jaga mulutmu”
“astaghfirullah” nopeng menjawab sambil menutup mulutnya, diapun kemudian menyusulku yang baru setengah jalan menuju puncak.
akhirnya kami tiba di kawasan puncak gunung tersebut, aku takjub, dan bahagia hilang segala penat letih setelah berjalan hampir sepuluh jam, aku melihat ada tugu salah seorang pendaki yang meninggal di gunung merapi namanya “abel tasman”. Menurut cerita dari pendaki-pendaki lain dia meninggal karena menyelamatkan seseorang yang terjebak di kawah gunung tersebut” secara reflek aku mencium tugu tersebut. Banyak pendaki-pendaki lain yang tersenyum kecil melihat ekspresi berlebihan ku itu.
akhirnya aku dan nopeng berjalan-jalan mengitari puncak yang banyak kawah-kawah hingga menuju puncak merpati salah satu puncak yang top di gunung merapi, beberapa menit kami diatas puncak sambil menikmati suasana merapi sejauh mata memandang terdampar permadani hijau, betul-betul menenangkan. Setelah menghabiskan rokok, aku dan nopeng melanjutkan perjalanan ke ladang bunga eidelweis, disinilah awal kisah nyata yang membuktikan bahwa Tuhan punya rencana sendiri terhadap kami berdua…
Kami mulai menuruni puncak Merpati, dan menuju ladang eidelweis, tumbuhan misterius yang tumbuh di kawasan puncak gunung, dan setiap gunung menampilkan bentuk dan ciri khas masing-masing. Aku dan nopeng dengan sigap dan penuh antusias memetik bunga abadi tersebut, pada saat itu ada beberapa pendaki lainya yang juga memetik bunga tersebut, kami memetiknya seperti lupa waktu, setiap mata memandang kearah bunga tersebut, bunga tersebut terus memikat kami.
“peng sudahlah cuma tinggal kita yang ada diladang ini” kataku pada nopeng yang tetap semangat memetik bunga, hingga bunga tersebut penuh hampir setengah tas. Ketika kami ingin kembali turun, turunlah awan gelap yang membuat kami sulit mengingat kembali jalan balik tersebut, kami berputar di sekitar kawasan puncak gunung merapi.
Perasaanku mulai tidak enak, nopeng yang berada paling depan sibuk berputar-putar mencari jalan keluar aku yang berada di blakangnya memanggilnya untuk berhenti dan tenang. ”peng berhenti dulu, ayo kita berpikir dan menenangkan diri, kita panik saat ini.”
Nopeng pun akhirnya menunggu ku dan kami duduk terdiam, “gimana selanjutnya ndre?”
“Aku pun tak tahu, kita coba tunggu saja, mudah-mudahan kabut ini menghilang,” jawabku pasrah.

KABUT MULAI HILANG sedikit, nopeng kembali memimpin perjalanan. Kami berputar mencari jalan untuk turun ke bawah. Sampai suatu ketika kami melihat ada sekelompok pendaki jumlahnya aku lupa, mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Akupun bertanya pada mereka ”pak (panggilan khas ala pendaki) mau kemana?, kami juga lagi kehilangan arah” sambungku lagi,
“kami mau turun pak, lewat jalur simabur, kalau bapak mau ikut, boleh gabung bersama kami” tawarnya
. jalur simabur adalah jalur yang naik lewat daerah simabur batu sangkar, sementara aku naik lewat koto baru daerah padang panjang. kemudian aku menayakan pendapat si nopeng ”gimana peng kita gabung aja?” tanyaku,
“gak usah ndre perasaanku tidak enak” jawab nopeng yang berdiri di belakangku.
Aku melihat ke kelompok tersebut, aneh juga, aku liat satu persatu pendaki itu yang laki-laki seperti tersnyum-senyum, sementara yang cewek menangis sesenggukan, dan dengan berat hati aku mengikuti keputusan nopeng, untuk tidak ikut bergabung turun gunung bersama kelompok tersebut,
Perjalanan mencari jalan keluar kembali dipimpin oleh nopeng, setelah lebih kurang 4 atau 5 jam (aku tak bisa memberi tahu waktu pasnya, meski si nopeng memakai jam, tapi aku, dan dia pun tak ingat lagi perihal waktu, Karena panik) nopeng menemukan satu jalan turun, yang menyerupai jalan cadas seperti waktu kami naik tadi. meskipun kami sadar bahwa itu bukan jalannya tapi aku ikuti saja.
setelah penuh perjuangan dan beberapa kali aku terjatuh kami tiba di sebuah jurang yang tidak begitu tinggi, tapi tetap saja kalau langsung lompat kaki bias cedera, nopeng yang turun pertama berhasil sampai kebawah. dalam hatiku terbersit kuat sekali anak ini, aku bingung tidak tahu mau turun lewat jalan mana, akhirnya nopeng menunjukkan jalan mana yang harus kulewati, disaat itu timbul keisengan si nopeng, di dalam tas yang kami ambil ada tustel, dia mengeluarkan tustel dan membiarkan ku tergantung di bibir jurang,
“ndre ku poto kau dulu , ayo senyumlah”
kujawab ”peng udahlah gak usah becanda, kita udah hilang di gunung gini kau masih sempat becanda”
“kalau gak mau kau senyum gak kupegang kakimu supaya kau bisa turun”
aku ikuti saja kemauan si npeng, dengan tersenyum kecut dengan gaya memelas” “klik”, dan aku pun di bantu turun sama si nopeng, kemudian gantian dia yang meminta di foto olehku,
“nah sekarang gantian aku lagi yang kau poto ndre” lagi-lagi aku ikuti kemauanya, sesi poto-poto pun selesai.
Perjalanan pun di lanjutkan berkali-kali kami temui jalan curam namun mampu kami lewati, hingga kami bertemu lagi jurang kebawah yang lumayan tinggi. nopeng yang pertama kali mencoba untuk turun, berhasil melewati jurang tersebut. aku terdiam, kali ini aku benar-benar tak mampu melewati jurang ini.
saat mencoba berpikir bagaimana agar bias turun, ketika itu tepat di sebelah kananku di sebuah pohon tinggi, entah ilusi atau nyata, aku melihat sesosok tubuh hitam… awalnya aku tidak mengira kalau itu adalah sebangsa makhluk halus. aku melihat ke arahnya, dia kemudian berdiri (aku menulis ini sambil bulu kudukku berdiri, inilah alasannya aku mau mengubur kenangan ini dalam-dalam, meskipun akhirnya kucoba untuk menulis ini, tidak lebih hanya karena ingin berbagi pengalaman),
nopeng yang awalnya senang karena mendengar informasiku ada orang di sana, “peng ada orang di atas pohon tingginya sama kayak manusia normal: ”ya udah panggil ndre”
belum selesai dia menyuruhku memanggil, aku langsung melanjutkan ”peng badannya hitam semua, dia menunjuk-nunjukku seolah-olah ingin menyuruhku balik arah,”
nopeng langsung menjawab “ndre jangan dengar kan orang itu turunlah kau segera, dia bukan makhluk baik”
ditengah kepanikanku, “aku tidak tahu mau turun, dari mana peng? cepatlah dia mau turun seperti ingin menyusul kita, dia marah peng” tambahku lagi,
nopeng yang sudah di bawah tak bisa melihat si makhluk hitam tersbut,langsung menjawab ”lewat sini ndre”. jalan yang ditunjuk nopeng di sisi kiri jurang tersebut ada rumput dan tanaman2 yang tumbuh menjalar ke bawah, tanpa pikir-pikir lagi aku nekat turun melewati jalan yang ditunjukkan nopeng tersebut. karena gravitasi aku meluncur turun dengan tangan yang terus berpegang pada tanaman yang menjalar tersebut, entah bagaimana kejadiannya, posisiku langsung terbalik, kepalaku arah kebawah dan kakiku keatas.
si nopeng dengan sigap menyambutku dan sampailah aku di bawah dengan tangan lecet dan seluruh tubuhku dipenuhi tanah dan rerumputan yang menempel di tubuhku,, “syukurlah kau masih selamat” kata si nopeng, “ayo kita lanjutkan perjalanan ini,” kata nopeng yang langsung berjalan di depanku,
akupun mengikutinya, tak lama berjalan lagi-lagi kami bertemu jurang, kali ini nopeng mencoba turun ke bawah untuk melihat kondisi jurang tersebut, kemudian nopeng kemabali sambil mengucapkan ayat kursi (ayat dalam kitab suci qur’an)“ada apa peng?” tanyaku,
nopeng mulutnya sambil berkomat-kamit, mnyebutkan bahwa dia barusan melihat (Ya Allah, kembali bulu kudukku berdiri) ada sesosok tubuh perempuan rambutnya keriting ndre, “dia pakai rok tidak pakai baju, tidur tengkurap di dasar jurang”
aku pucat, dan terpaku, dalam hatiku “ya Tuhan… apa lagi ini?”
nopeng di tengah kepanikannya.. “ndre kita ke bawah yuk, mana tau itu mayat yang di buang orang ndre, kita selamatkan jasadnya”
langsung kujawab, ”peng, tunggu dulu, tadi dia kau bilang pakai rok kan, mana mungkin ada pendaki gunung pakai rok peng, mana tahu itu jebakan makhluk halus disini. kita berdoa saja peng, mudah-mudahan Tuhan memberi jalan keluar pada kita”
lalu aku sambil terus memohon agar tidak dihantui makhluk gunung. nopeng yang tetap mengambil posisi mencari jalan keluar dari gunung yang mulai menakutkan ini. kami tak melewati jurang itu tapi mengambil sisi kiri di bibir jurang melewati rimba belantara tidak bertuan. Berjalan makin cepat, berkali-kali aku tertinggal di belakangnya dan terus menyorakinya agar berjalan pelan-pelan. di tengah perjalanan aku pun mulai pasrah, aku tanyakan ke si nopeng ”masih jauh peng?”
nopeng menjawab “gak ndre, sebentar lagi kita sampai, di bawah ini ada jalan raya, kita sampai nanti, bertahanlah, kalau udah sampai di bawah ada nasi goreng, teh manis, kita nanti pulang numpang aja sama truk, aku pernah lewat sini ndre percayalah” katanya meyakinkanku yang sudah putus asa.
awalnya aku percaya saja, tapi akhirnya aku tahu, bahwa kawanku ini berbohong. dia hanya tidak ingin melihat aku putus asa dan menyerah.
lalu langsung kulepaskan sandalku kedua-duanya, kemudian kubuang. ini kulakukan karena kulihat si nopeng sudah tidak pakai sandal lagi dan dia hanya pakai baju tanpa lengan, dan celana lapangan yang pendek. melihat tingkahku ini nopeng bertanya “kenapa kau buang sandal kau ndre?
“kan kita sudah dekat, lanjut aja gak pa-pa, lagian kau juga udah gak pakai sandal, biar sama kita” jawabku. sandalnya putus waktu dia jalan di depan untuk membuka jalan.
tak lama kemudian aku yang masih di belakang, mendengar suara “brukk”. ternyata nopeng terjatuh ke jurang (kami berjalan di punggungan bukit-bukit, sehingga tak nampak kalau ada jurang yang demikian dalam dan nopeng terjatuh kebawah) “peng…!” teriakku, dan kudengar jawaban dari bawah sana yang lumayan jauh suara tersebut kudengar. “jauh peng?” tanyaku
“lumayan ndre, turunlah pelan-pelan” jawab nopeng.
akhirnya aku turun dengan bertahan pada satu batang kayu kecil yang menempel di tanah, dan beberapa detik kemudian, aku terjatuh. masih sempat kurasakan ada yang benda yang menghantamku dari belakang, lalu kemudian semua putih (ini masih kuingat jelas). aku seperti bermimpi ada di rumah tanteku, berbicara dengan salah satu penyanyi organ tunggal, aku memanggilnya Uni, dia seperti sosok kakak bagiku. kemudian aku merasa seperti terguncang-funcang, kurasakan mataku agak terbuka, kulihat ada seseorang di atas tubuhku yang mencoba membangunkan dan memanggilku, “ndre, ndre, bangun, jangan mati”
aku menjawab ”oh kak, ada apa?
“bukan ndre, kau lupa sama aku’? kata suara tersebut,
“oh iya, angah kan, ada apa ngah?” jawabku lagi
“ya ampun ndre, sadarlah, aku nopeng, kawan kau, nopeng ndre” kata nopeng sambil menguncang-guncang kepalaku,
“oh iya, ada apa peng?, kenapa?”
“syukurlah ndre kau gak mati, coba kau tengok sekeliling?”
aku pun melihat sekeliling, kulihat semua hijau, dan kudapati aku sedang berada di pinggir sungai di dekat bebatuan yang airnya mengalir deras. “kita tersesat di gunung ndre, ayolah ingat semuanya.. cepatlah hari mau gelap, kita cari tempat untuk istirahat,’ kata si nopeng yang keningnya berdarah, karena terjatuh ke jurang tadi, dan karena kebesaran Tuhan, dia tidak pingsan sepertiku. namun ketika aku hendak berdiri, tanganku sebelah kiri tak bisa di gerakkan,,
“peng..tangan ku tidak bisa bergerak, tolong peng” kataku.
nopeng langsung berbalik arah dan memegang tangan ku, serta menyentakkannya, krak! “udah tuh, coba berdiri dan cepat jalan, hari udah gelap,” kata nopeng. dan ajaibnya, tangan ku langsung kembali normal.
aku menyusul nopeng dari belakang, dan kami naik kearah atas, dan tidur di batang kayu yang udah tumbang. di tengah istirahatku, aku kembali mengajak nopeng berbicara. “peng, aku haus, gimana neh”?
ya selama kami tersesat kami tidak membawa golok, senter, baju ganti, sepatu, semuanya kami tinggalkan bersama ketiga rekan kami yang di bawah. di dalam tas hanya ada tustel, garam, 3 siung bawang merah yang tidak sengaja terbawa, 2 batang rokok kretek, dua sachet ekstra jos, yang habis kami makan.
tanpa air, di tengah gelapnya rimba, aku merasa haus sekali, “udahlah ndre, istirahat aja dulu, besok aja minum, atau kalau kau berani turun lah kebawah, di bawah ada sungai, minumlah, kalau aku tak berani ndre”
aku pun terdiam mendengar jawaban kawanku ini, tiba-tiba aku langsung kebelet pipis, dan timbullah ide untuk minum urine ku sendiri. tanpa menunggu lama-lama, tanganku sudah penuh air kencing, dan langsung kuminum semuanya. ini nyata, dan juga kuceritakan pada salah satu wartawan yang meliput ketika aku berhasil keluar dari cengkeraman rimba merapi.
Akhirnya, setelah kita membaca kisah menegangkan dalam tiga bagian artikel sebelumnya, inilah akhir dari kisah petualangan dua anak SMA yang tersesat selama tujuh hari di gunung Merapi yang ditulis oleh Muhammed Andre Raberta dari Padang, Sumbar.
“APA,” JAWAB NOPENG pelan.
“oh, kupikir kau mati peng. itu di kening mu ada lalat besar-besar, hinggap,” kataku.
“biar ajalah ndre, aku capek.”
dan kami pun akhirnya terlelap, hujan pun terus turun turun.
Paginya ketika terbangun di sekeliling mata memandang hanya hijau, air sungai yang mengalir. Disini aku masih melewati jalan-jalan yang semakin terjal, fisik sudah sangat melemah, tangan bengkak. Entah berapa puluh duri yang masuk ke tangan kami, kakipun juga bengkak, karena menempuh medan berat tanpa alas kaki. Terutama kawanku nopeng, celana yang dia kenakan pertama kali mulai mendaki gunung ini, terlihat pas di pinggang, namun saat itu sudah hampir turun setengah.
Teriakan-teriakan minta tolong sudah jarang kami keluarkan. Berjalan terus menatap dan berharap ada setitik asa di hari keempat ini, kami melewati jalan –jalan rimba. nopeng paling depan, dan selalu cepat jalannya, aku terus tertinggal di belakang. barang kali, ini yang membuat kami rajin perang mulut.
hingga kami bertemu lagi dengan jurang yang tidak begitu tinggi, air mengalir deras ke bawah, disinilah aku dan nopeng terpisah hampir 2 jam. nopeng yang jalan pertama mencoba mendaki sisi jurang sebelah kiri, karena kemampuan climbingnya baik. dia pun lolos ke atas sisi jurang tersebut, dengan berpegangan pada rumput yang tumbuh di sisi jurang tersebut. namun aku masih tetap di bawah, dia sudah tak nampak dari pandanganku.
“peng… gimana aku mo lewat, jalan keatas rumputnya sudah tak kuat lagi” teriakku,
“lewat aja dari sungai itu dre, lompat aja,” jawab nopeng denga suara yang menggigil,
“gak mungkin peng, aku takut air sungai ini dalam, arusnya cukup besar” jawabku. kami terdiam beberapa saat…
”ndre lewat ajalah, nanti gak bisa kita mencari tempat istirahat, lompat ajalah, kalau kau mati, aku juga mati”
aku tak punya pilihan, kukumpulkan semua nyaliku, kututup hidungku, “Bismillah..” aku pun meloncat.
sepersekian menit aku dibawa arus, kupaksakan untuk berdiri. ternyata air sungai itu dangkal. mataku langsung menjelajah, ke segala penjuru, mencari nopeng, ternyata dia duduk di atas sisi jurang yang agak datar sambil menggigil dan tersenyum melihatku basah-basah.
“peng aku selamat,” kataku penuh semangat, “Alhamdullillah… tapi bajuku basah semua peng.”
kemudian kami mulai mencari jalan untuk mencari tempat istirahat. kami menemukan batang pohon yang sangat besar, berdiri kokoh, dan di bawah batang itu ada lubang. langsung aja kami memutuskan di tempat ini akan beristirahat. dengan kondisi yang semakin melemah, namun anehnya kalau dipaksakan, tubuh ini terasa kuat saja…
nopeng langsung tertidur, maklum dia pimpin jalan, sambil sesekali mengigau, ”bu… bu…”, dia memanggilku ibunya.
aku masih belum tertidur saat itu, aku duduk menangis sejadi-jadinya, kukeluarkan scraft sispalaku, kusapu semua air mataku hingga scraft itu basah. aku ikat ke salah satu batang pohon yang ada di tempat kami akan tidur malam itu, dalam hati ”jika nanti aku harus mati di perjalanan ini, maka scraft ini adalah bukti, bahwa aku pernah tersesat di gunung ini” lalu aku tertidur, malam itu lumayan tenang tidur kami.
hingga hari kelima, aku lagi-lagi patah semangat, pasrah dan merasa tak mampu lagi untuk melanjutkan perjalanan. tapi argument nopeng hari itu sangat membangkitkan semangatku. “ndre, kita sama-sama tidak tahu apa ujung perjalanan kita, kita hanya berusaha, dan nanti jika harus mati, kalau dapat kita mati di tepi jurang, biar Tim SAR kerja keras untuk mengangkat jasad kita, kalau cuma kita ditemukan disini, nampak kali kita tak berusaha , ayolah kawan, perasaanku udah agak dekat ini”
aku langsung semangat lagi, dengan susah payah kupaksakan berdiri, di ujung mataku, tahi mata udah bercampur dengan tanah, benar-benar kumal, aku ikuti langkah sobatku, sambil terus mencoba berusaha memakan yang aku rasa bisa dimakan. ternyata jalan belum juga kami temukan, aku dan nopeng mulai menikmati perjalanan ini, walau dengan terpaksa.
sepanjang perjalanan, aku bernyanyi sekuat-kuatnya, mulai dari satu album lagu Band Padi, hingga lagu Rossa “gapai semua jemariku..” melankolis memang, tapi lagu itu merupakan lagu yang paling sering kunyanyikan, karena betapa rindunya aku bertemu orang-orang, minum teh, dan berharap ada tangan atau jemari yang membantu kami berdua keluar dari rimba belantara merapi yang mulai tak lagi nampak indah.
Malam kelima kami kembali tidur di tepi sungai, untungnya tidak hujan malam itu, dengan beralaskan daun-daunan, dan beratapkan langit. kami melepas penat setelah berjalan seharian. malam itu aku tidur terakhir, nopeng sudah terlelap lebih dulu. aku mencoba rebahan untuk tidur….
tiba-tiba entah halusinasi atau tidak, dari atas langit aku melihat ada 4 cahaya dengan bentuk yang berbeda-beda turun ke bawah. cahaya ini tak menakutkanku, malah begitu dia hilang dari pandangan, aku langsung tertidur, dan bermimpi, malam itu papaku datang menyusulku, mengajakku pergi, tapi dia tidak bicara, hanya diam saja, aku kejar papaku itu, namun dari sebelah kiri dan kanan banyak yang menawariku untuk singgah dan minum kopi bersama mereka, ajakan itu kutolak dan aku terus mengejar papaku, hingga aku tersandung dan terbangun. hari sudah mulai agak terang, walau belum begitu terang karena sinar metahari tertutup tingginya hutan belantara.
Hari keenam, kondisi benar-benar lemah, namun nopeng seperti tiada lelahnya, dia tetap semangat memotivasiku untuk terus bertahan hidup. tiada pilihan, perjalanan pun dilanjutkan kami tetap mengikuti arah sungai… namun hari keenam itu sekitar 3 jam perjalanan aku dan nopeng dapat merasakan hangatnya sinar mentari penuh, aku makin kuat bernyanyi, seolah-olah yakin akan adanya kehidupan dan aku masih di beri kesempatan untuk hidup.
begitu juga nopeng, banyolan-banyolannya, membuat perjalanan yang sedih dan mengharukan, jadi lebih indah, namun karena banyak istirahat malam itupun kami belum menemui ujung aliran sungai tersebut. kami menemukan banyak batang pisang di hari keenam itu. aku yang begitu semangat mengambil pisang tersebut, namun di dalamnya banyak sekali benda-benda keras seperti batu kecil, dan tak bisa dimakan. kami beristirahat beralaskan pelepah daun pisang.
Paginya ketika kami terjaga, di atas pohon sepertinya kami ditonton oleh beberapa binatang seperti monyet, namun bulunya berwarna kuning, dia meloncat kesana kemari. aku bangunkan nopeng, “peng banyak monyet di atas sana, warnanya kuning”
aku coba menjelaskan pada nopeng. nopeng melihat keatas, dan melihat monyet-monyet itu begitu rebut, dia melanjutkan tidurnya. “telungkup aja peng, biar pas kalo monyet itu terjatuh,dia tak menerkam muka kita” nopeng cuek aja, aku langsung telungkup dan melanjutkan tidurku.
Kemudian aku tersentak, dan kulihat nopeng menumbangkan sebatang pohon pisang yang aneh itu, dia mencoba memakannya, namun tak jadi karena banyak batu-batu di dalamnya, “pisang apa ini?”, kemudian kami melanjutkan perjalanan kami,
“sudah dekat ini ndre” nopeng berkata penuh semangat.
aku tidak membantah, memaksa bangun dan melanjutkan perjalanan kami. baru sekitar 5 jam kami berjalanan, nopeng yang paling depan teriak di atas jurang. ”Ndreeeee… ada perumahan penduduk, disini akhir jalan kita ndre, tapi jalan turun sudah tidak ada lagi, kayanya kita mati ndre..”
kami mendapati jurang air terjun yang sangat tinggi, tak mungkin untuk dituruni. aku semakin melemah, nopeng tetap berusaha mencari jalan keluar, dan di sebelah kiri jurang tersebut ada pohon-pohon bamboo. nopeng naik ke atas hutan bamboo itu, namun memang jalan turun tidak nampak lagi. akhirnya kami pasrah. ”kita mati juga akhirnya” kataku.
Tak lama berselang kami mendengar dari arah bawah, seperti ada suara orang lagi memotong batang bamboo. klutak… klutak…. nopeng menginstruksikan aku supaya berteriak. karena dia sudah tidak sanggup lagi untuk teriak, dadanya sakit.
“Tolongggg…,” teriakku.
aku terdiam sambil menunggu jawaban. “Huuuuu” terdengar dari bawah.
“pak, tolong kami pak, kami yang hilang di gunung merapi pak!!” Nopeng berteriak sambil memegang dadanya.
”tolongggg pakkk” sambungku lagi lebih keras.
”siapa tuuuuuuu” suara dari bawah itu menyahut lagi.
”kami pak.., yang hilang di gunung merapi pak, tolong lah pak..! teriakku lagi,
“iya, bakar celana biar disusul kesana” jawab suara itu.
“tak ada pak, korek api tidak ada”
“ya udah, goyang-goyangkan tempat kalian sekarang…”
nopeng langsung mengoyang-goyangkan batang bamboo itu, “udah nampak pak?”
“oooi…, naik kalian sedikit lagi ke atas, di bawah itu jurang…” jawab suara itu lagi. kami saling pandang, lalu naik pelan-pelan ke atas. kami berdoa dalam hati, sambil terus berkomunikasi dengan si suara dari bawah.
Sekitar 2 jam kami menunggu, dari sebelah kiri kami, akhirnya kami melihat 1 orang bapak, dengan keponakannya 4 orang yang badannya tinggi dan tegap. mereka terkejut melihat kami.
“pak, kami manusia pak, kami yang hilang di gunung selama beberapa hari ini”
“iya, kami tahu, syukurlah kalian masih hidup.”
dia mendekati kami lalu mengeluarkan bungkusan nasi. nopeng memakannya dan kemudian dadanya sakit. pas aku mencoba makan, ternyata aku tidak apa-apa, namun air minum tidak ada.
“sekarang kita turun ke bawah, bagaimana, kalian masih kuat jalan?” tanya si bapak.
kami coba berdiri dan ternyata tak mampu. akhirnya kami digendong di punggung oleh si bapak, dan keempat ponakannya secara bergantian. kami pasrah dan senyum-senyum sendiri.
“Terima kasih Tuhan, kau beri kesempatan sekali lagi…”
Kemudian kami diantar ke rumah sakit, dan kembali ke kerasnya kehidupan…. TAMAT [www.blogberita.com]